Senin, 15 Desember 2014

Perbaiki Sholat - mu



Membaguskan shalat adalah suatu kuwajiban

Dari Abu Hurairah, ia berkata,
“Suatu hari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengerjakan shalat, dan setelah selesai beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
يَا فُلَانُ أَلَا تُحَسِّنُ صَلَاتَكَ أَلَا يَنْظُرُ الْمُصَلِّي كَيْفَ يُصَلِّي لِنَفْسِهِ إِنِّي أُبْصِرُ مِنْ وَرَائِي كَمَا أُبْصِرُ بَيْنَ يَدَيَّ
‘Wahai Fulan, kenapa engkau tidak membaguskan shalatmu? Kenapa orang yang shalat itu tidak mau intropeksi bagaimana ia mengerjakan shalat untuk dirinya? Sesungguhnya aku mampu melihat dari belakangku seperti aku melihat melalui depanku’..”

Dalam riwayat lain:
“Rasulullah shalat zhuhur mengimami kami, setelah salam beliau memanggil seorang laki-laki yang ada di shaf terakhir, beliau bersabda,
يا فلان ، ألا تتقي الله !؟ ألا تنظر كيف تصلي ؟! إن أحدكم إذا قام يصلي إنما يقوم يناجي ربه … فلينظر كيف ينجيه ! إنكم ترون أني لا أ راكم ، إني و الله لأرى من خلف ظهري ، كما أرى من بين يدي
‘Wahai fulan, tidakkah kamu bertakwa kepada Allah. Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana kamu shalat? Sesungguhnya salah seorang dari kalian jika dia berdiri shalat, dia berdiri bermunajat kepada Rabbnya maka hendaknya dia memperhatikan bagaimana dia bermunajat kepadaNya, sesungguhnya kalian beranggapan aku tidak melihat kalian. Demi Allah, sesungguhnya aku melihat di belakang punggungku seperti aku melihat di depanku’.”

Dan juga riwayat beliau yang lain:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنِّي لَأَنْظُرُ إِلَى مَا وَرَائِي كَمَا أَنْظُرُ إِلَى مَا بَيْنَ يَدَيَّ فَسَوُّوا صُفُوفَكُمْ وَأَحْسِنُوا رُكُوعَكُمْ وَسُجُودَكُمْ
“Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya aku dapat melihat apa yang ada di belakangku sebagaimana aku dapat melihat apa yang ada di depanku, maka luruskanlah barisan shalatmu serta perbagus ruku’ dan sujud kalian.”
(Shahiih; Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, an-Nasaa-iy, Ibnu Khuzaimah dalam shahiihnya, al-Hakim dalam shahiihnya; dan selainnya)

An-Nawawi berkata dalam Syarah Shahih Muslim,
“Para ulama berkata,
‘Maknanya adalah bahwa Allah menciptakan untuk Nabi daya kemampuan untuk mengetahui di tengkuknya yang dengannya dia melihat di belakangnya. Dan mukjizat terjadi pada Nabi lebih dari ini dan tidak ada bukti akal dan syara’ yang menolak ini bahkan syara’ datang menjelaskannya secara zhahir, maka ia harus diyakini.”

Al-Qadhi berkata,
“Imam Ahmad bin Hanbal dan jumhur ulama berkata, ‘Penglihatan Nabi ini adalah penglihatan dengan mata kepala secara hakiki.”

Mengapa shalat harus dibaguskan, hal ini disebabkan  Jika shalat tidak diterima, maka amalan yang lain pun tidak diterima

Dari Abu Hurrayrah, Rasulullah bersabda:
الصلاة ثلاثة أثلاث : الطهور ثلث ، والركوع ثلث ، والسجود ثلث ، فمن أداها بحقها قبلت منه وقبل منه سائر عمله ومن ردت عليه صلاته رد عليها سائر عمله
“(Hak) shalat itu ada tiga bagian, bersuci sepertiga, ruku’ sepertiga dan sujud sepertiga. Barangsiapa melaksanakan dengan memenuhi haknya, maka shalat tersebut diterima darinya dan sisa amalnya yang lain juga diterima. Barangsiapa yang shalatnya ditolak (karena tidak memenuhi haknya), maka sisa amalnya yang lain ditolak.”

[Diriwayatkan oleh al-Bazzar, d a n d ia berkata, "Kami tidak mengetahuinya diriwayatkan secara marfu' kecuali dari hadits al- Mughirah bin Muslim." (Al-Hafizh berkata), "Sanadnya hasan." HN. 539 dalam shahiih at targhiib wat tarhiib]

Lalu bagaimanakah shalat yang bagus tersebut 

dari [Abu Hurairah] radliallahu ‘anhu

bahwa (ia menceritakan bahwa ada) seorang laki-laki memasuki masjid, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tengah duduk di pojok masjid, kemudian laki-laki itu mengerjakan shalat. Seusai shalat ia datang menemui beliau sambil mengucapkan salam, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya:
وَعَلَيْكَ السَّلَامُ فَارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
“Wa’alikas salam, Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! ‘
lalu ia kembali lagi dan mengulangi shalatnya.

Seusai shalat ia datang lagi sambil mengucapkan salam dan beliau bersabda:
وَعَلَيْكَ السَّلَامُ فَارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
“Wa’alaikas-salam. Kembali dan ulangi lagi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! ‘

Lalu orang tersebut berkata ketika disuruh mengulangi yang kedua kali atau setelahnya;
“Ajarilah aku wahai Rasulullah!”

Dalam riwayat lain disebutkan:
‘Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik selain daripada ini, ajarkanlah kepadaku.’

Dalam riwayat lain disebutkan:
“Beritahukan dan ajarilah aku, karena aku hanyalah manusia biasa, kadang benar dan kadang salah, ”

Selanjutnya beliau bersabda:
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
‘Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudlu’, lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al Qur’an yang mudah bagimu. Kemudian ruku’lah hingga kamu benar-benar ruku’ dan bangkitlah dari ruku’ hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan Kerjakanlah semua hal tersebut pada setiap shalatmu.”

[Abu Usamah] mengatakan di akhir haditsnya;
‪…‬حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا
“Sehingga kamu benar-benar berdiri.”

dalam riwayat Abu dawud ditambahkan:
فَإِذَا فَعَلْتَ هَذَا فَقَدْ تَمَّتْ صَلَاتُكَ وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَإِنَّمَا انْتَقَصْتَهُ مِنْ صَلَاتِكَ
“Jika kamu melakukan seperti ini, maka shalatmu menjadi sempurna, dan apabila kamu mengurangi dari cara ini, berarti kesempurnaan shalatmu juga akan terkurangi.”


Ketika seseorang tidak menyempurnakan shalatnya sesungguhnya dia bagaikan seorang pencuri, bahkan lebih buruk daripada itu karena Pencuri yang paling buruk adalah orang yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya (shalatnya)

Dari Abu Qatadah berkata, Rasulullah bersabda,
أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاتِهِ
“Orang paling buruk pencuriannya adalah orang yang mencuri dari shalatnya.”

Mereka bertanya,
“Ya Rasulullah, bagaimana dia mencuri dari shalatnya?”
Rasulullah menjawab,
لا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلا سُجُودَهَا
“Dia tidak menyempurnakan ruku’- nya tidak pula sujudnya,”

-atau beliau bersabda-
لا يُقِيمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
“Tidak menegakkan tulang punggungnya dalam ruku’ dan sujud-.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad, ath-Thabrani dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya dan al-Hakim, dan dia berkata, “Sanadnya shahih.”; hadits ini juga dihasankan oleh Syaikh al-Albaniy dalam at-targhiib wat tarhiib; no. 524)

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda,:
أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلاتَهُ
“Orang yang paling buruk pencuriannya adalah orang yang mencuri shalatnya.”

Dia berkata,
“Bagaimana dia mencuri shalatnya?”
Beliau menjawab,
لا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلا سُجُودَهَا
“Dia tidak menyempurnakan ruku’ dan tidak pula (menyempurnakan) sujudnya.”
(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu ‘jam al-Ausath, Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan al-Hakim dan dia menshahih- kannya. dihasankan oleh al-albaaniy dalam at-targhiib wat tarhiib; HN. 533)

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari [Yahya bin Sa'id] dari [Nu'man bin bin Murrah], bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
مَا تَرَوْنَ فِي الشَّارِبِ وَالسَّارِقِ وَالزَّانِي وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ يُنْزَلَ فِيهِمْ
“Apa pendapat kalian tentang peminum, pencuri dan pezina?”
pada saat itu belum turun ayat kepada mereka yang menjelaskan tentang hal itu.

Mereka menjawab;
“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Beliau bersabda:
هُنَّ فَوَاحِشُ وَفِيهِنَّ عُقُوبَةٌ وَأَسْوَأُ السَّرِقَةِ الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ
“Semua itu adalah perbuatan keji dan di dalamnya terdapat hukuman. Sejelek-jelek pencuri ialah orang yang mencuri dalam shalatnya.”

Mereka bertanya;
“Wahai Rasulullah, bagaimana seorang mencuri shalatnya?”
Beliau menjawab:
لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا
“Dia tidak menyempurnakan rukuknya dan sujudnya.”
(HR. Maalik; Shahiih Lighairihi sebagaimana dikatakan syaikh al-albaaniy dalam at-targhiib wat tarhiib HN. 534)

Syaikh al-Albaniy berkomentar terhadap hadits ini:
An-Nu’man ini adalah seorang tabiin besar. Dikatakan di at-Taqrib, “…dia adalah seorang al-Anshari az- Zuraqi al-Madani, tsiqah dari tingkatan kedua. Dan keliru orang yang menganggapnya sahabat.” Dari sini semestinya penulis mengisyaratkan dengan ucapannya setelah dia mentakhrijnya,
‘hadits ini mursal’, sebagai- mana itu adalah kebiasaannya dalam hadits-hadits senada agar tidak dipahami secara salah bahwa dia adalah sahabat seperti yang dilakukan oleh Imarah dalam cetakannya di mana dia menambahkan, yang justru membuatnya semakin kabur. Akan tetapi hadits ini didukung oleh hadits sebelumnya. Ibnu Abdul Bar di at-Tamhid berkata 23/409,
“Para rawi dari Malik tidak berbeda pendapat bahwa ia mursal. Ia adalah hadits shahih yang dikuatkan dari beberapa jalan periwayatan di antaranya dari hadits Abu Hurairah dan hadits Abu Said.”

Kemudian dia menurunkan sanad keduanya. Dan hadits Abu Hurairah telah hadir sebelum ini.
Dari Abdullah bin Mughaffal dia berkata, Rasulullah bersabda:
أَسْوَأُ النَّاسِ الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ
“Pencuri terburuk adalah yang mencuri shalatnya.”

Rasulullah ditanya,
“Ya Rasulullah, bagaimana mencuri shalatnya?”
Beliau menjawab,
لا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَ سُجُودَهَا
“Tidak menyempurnakan ruku ‘dan sujudnya.”
و أَبْخَلَ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلامِ
“Dan orang yang terkikir adalah yang kikir terhadap salam.”

(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani di ketiga Mu ‘jamnya dengan sanad baik (jayid). hadits ini juga dihasankan oleh Syaikh al-Albaniy dalam at-targhiib wat tarhiib; no. 525)

Mengapa ruku' dan sujud harus sempurna, karena Allah TIDAK MENERIMA SHALAT orang yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي سِتِّينَ سَنَةً وَلا يَقْبَلُ اللَّهُ لَهُ صَلاةً
Sesungguhnya seseorang melaksanakan shalat selama ENAM PULUH TAHUN, akan tetapi TIDAK SATUPUN shalatnya diterima Allah…
لَعَلَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ ، وَلا يُتِمُّ السُّجُودَ
Disebabkan karena ia tidak menyempurnakan ruku’ atau tidak menyempurnakan sujud…
(HR Abul Qasim ashbahaniy, dan selainnya: dihasankan oleh Syaikh al albaaniy [lihat ash shahiihah dan shahiih at targhiib wat tarhiib])





disusun ulang dari berbagai sumber oleh :
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Moebari bin Taslim 

Kamis, 27 November 2014

I B U







Bagaimana jadinya seorang anak bisa dilihat bagaimana cara mendidik orangtua nya, bagaimana orangtua memberikan teladan, dan bagaimana hubungan orangtua dengan Sang Khalik.
Lihatlah bagaimana ibu dari Imam Asy-Syafii Rahimahullah, ibu dari imam Ibn Katsir Rahimahullah yang semenjak beliau dalam kandungan sang ibu selalu melantunkan ayat-ayat Allah, lihat ibu dari Syeh Bin baz Rahimahullah yang setia mengantarkan anaknya mendatangi majlis ilmu. 
Dan berikut ini bagaimana salah satu sikap dari ibu Asy-Syaikh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika menerima surat dari anaknya yang sedang dipenjara dan menyampaikan permohonan maaf disebabkan jauhnya beliau dari sang ibu serta waktu yang lama beliau tinggal di kota Mesir :


Inilah yang beliau katakan :

" Anakku yang tercinta, yang kuridhai Ahmad bin Taimiyah ; 
wa 'alaika assalam warahmatullahi wa barakatuh wa maghfiratuh wa ridhwanuh.

Sesungguhnya, Demi Allah untuk yang seperti inilah aku mendidikmu sejak kecil, dan demi menolong agama Islam dan kaum muslimin aku mempersembahkanmu dan demi Syari'at agamu aku mengajarkan ilmu kepadamu. 

Dan jangan engkau mengira kedekatanmu dariku lebih aku cintai dari kedekatanmu terhadap agamamu dalam rangka engkau menolongnya beserta kaum muslimin diseluruh penjuru dunia... 

Bahkan, ketahuilah wahai anakku, keridhaanku kepadamu itu kembali pada sejauh mana engkau menolong agama Allah dan kaum muslimin. 
Dan esok di hari kiamat aku tak akan menuntutmu di hadapan Allah karena jauhnya engkau dariku, karena aku tahu dimana dan apa yang engkau lakukan...


Bahkan wahai anakku Ahmad !,

aku akan menuntutmu di hadapan Allah ketika engkau lalai menolong agama Allah dan pengikutnya kaum muslimin. 

Semoga Allah senantiasa meridhaimu wahai Anakku, menerangi perjuangan dan meluruskan setiap langkahmu, dan semoga Allah mengumpulkan kita di bawah naungan 'ArsyNya dimana tiada naungan selain naunganNya.


Wasaalamu alaikum warahmatullah wa barakatuh

(majmu' fatawa 28/48)


Sebuah contoh bagaimana seharusnya kita sebagai orangtua, bagaimana kita harus mendidik anak.  Dan menjadikan diri ridho atas segala perbuatan baik anak sehingga mendatangkan pula ridho dari Allah




 disusun sarikatakan kembali oleh
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Senin, 24 November 2014

"T A M U" sebuah penginapan


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

Man yahdihillahu fa laa yudhillalahu ma wan yudhlil fa laa haadiyalahu. 

Sesungguhnya barangsiapa diberi petunjuk Allah عزّوجلّ maka tidak ada satu orang pun manusia yang akan dapat menyesatkan dia, walau beribu preman datang untuk menyesatkan dan memindahkan langkahnya dari jalan kebenaran maka langkahnya tidaklah akan tergerakkan, kecuali bila Allah mengijinkannya.  

Dan Sebaliknya barangsiapa yang tersesat dalam kehidupan ini, maka tidak ada satu pun ustadz orang alim ataupun yang sudah memiiki gelar Syech sekalipun dapat mengembalikan dia kepada hidayah kecuali Allah عزّوجلّ mengijinkannya


Maka sudah sepatutnyalah kita senantiasa memohon kepada Allah عزّوجلّ , agar diri ini senantiasa dilimpahkan Rahmat taufiq Hidayah serta Innayah Nya agar selalu berada dijalan orang-orang yang terselamatkan.

 

 

Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga yaumul kiamat kelak.

 

Cermatilah dengan seksama untaian nasehat bijak dibawah ini,

Aku akan menggambarkan kepadamu bahwa dunia ini adalah satu masa di antara dua masa yang lain. Satu masa telah lampau, satu masa akan datang, dan satu masa lagi saat dimana engkau hidup sekarang.

Adapun masa lampau dan yang akan datang, tidaklah memiliki kenikmatan dan juga tidak ada rasa sakit yang bisa dirasakan sekarang.

Tinggallah dunia ini saat dimana engkau hidup sekarang ini.

Saat itulah yang sering memperdayamu hingga lupa dengan akhirat, dan perjalanan yang bisa mengantarkanmu menuju neraka.

Sesungguhnya hari ini – bila engkau mengerti – ibarat tamu yang mampir ke rumahmu dan akan segera pergi meninggalkan rumahmu.
Apabila engkau memberi penginapan yang baik dan menghormatinya, ia akan menjadi saksi atas dirimu, memujimu, dan berbuat benar untuk dirimu.

Akan tetapi bila engkau memberi penginapan yang jelek, melayaninya dengan kasar, maka ia akan terus terbayang di depan matamu.

Hari ini dan hari esok bagaikan dua orang bersaudara yang masing-masing bertamu kepadamu secara bergantian. Ketika yang pertama singgah, engkau bersikap jelek kepadanya dan tidak memberikan pelayanan yang baik antara engkau dan dia. Lalu di hari kemudian saudaranya yang akan berkata : “Sesungguhnya saudaraku telah engkau perlakukan buruk. Sekarang aku datang setelahnya. Bila engkau melayaniku dengan baik, niscaya engkau dapat membayar perlakuan burukmu terhadap saudaraku, dan aku akan memaafkan apa yang telah engkau perbuat (terhadap saudaraku). Maka cukuplah engkau memberi pelayanan kepadaku apabila aku singgah dan menemuimu setelah kepergian saudaraku tadi. Dengan itu engkau telah mendapat keuntungan sebagai gantinya bila engkau mau berpikir. Gapailah apa yang telah engkau sia-siakan.

Bila yang datang kemudian engkau perlakukan seperti sebelumnya, alangkah meruginya hidupmu di dunia akibat persaksian keduanya atas kejahatanmu. Sisa umurmu tidak akan berguna dan berharga lagi.

Apabila engkau kumpulkan dunia seluruhnya, tidak akan dapat menggantikannya meskipun hanya satu hari yang tersia-siakan. Maka, janganlah engkau jual hari ini, dan jangan engkau ganti hari ini dengan dunia tanpa faedah yang berharga. Janganlah sampai terjadi, bahwa orang yang telah dikubur saja lebih menghargai apa yang ada di hadapanmu daripada dirimu sendiri, padahal semua itu milikmu.

Demi Allah, apabila orang yang telah dikebumikan itu ditanya : ‘Ini dunia beserta seisinya, dari awal sampai akhirnya, yang bisa engkau pergunakan untuk anak cucumu setelah kematianmu, agar mereka dapat berfoya-foya, yang keinginanmu hanyalah mereka; dan ini satu hari yang disediakan untukmu yang dapat engkau gunakan untuk beramal bagi dirimu” – manakah yang engkau pilih ? Tentu ia akan memilih satu hari yang terakhir. Tidak ada sesuatu yang dapat diperbandingkan dengan satu hari itu, melainkan ia pasti memilih hari itu karena kesukaannya dan penghormatannya terhadap hari itu.

Bahkan apabila hanya dicukupkan satu jam, untuk diperbandingkan dengan berkali-kali lipat dari apa yang telah kita paparkan tadi; pasti ia juga akan memilih yang satu jam tadi.

Meskipun dengan segala yang kita sebutkan dengan berbagai kelipatannya diberikan kepada orang lain. Bahkan apabila ia diberikan (pahala) satu kata yang ia ucapkan, untuk diperbandingkan dengan berlipat-lipat dari yang disebutkan tadi, pasti ia akan memilih satu kata itu.

Maka mulailah hari ini ! Cermatilah hari-harimu untuk kemaslahatanmu.
Cermatilah meski hanya satu jam ! dan hormatilah meski hanya satu kata.

Waspadailah kehinaan yang datang di akhir kehidupanmu. Janganlah engkau merasa aman untuk tidak dibantah oleh ucapanmu sendiri. Semoga nasihat ini berguna buatmu dan buat kami sendiri. Semoga Allah memberikan rizki kepada kita dengan akhir kehidupan yang baik.

As-Salaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabatakaatuh”.

[Diambilkan dari kitab Hilyatul-Auliyaa’ 2/39 yang ditulis oleh Abu Nu’aim Al Ashfahaniy]


Sebuah nasihat bijak dari seorang Hasan al-Bashri rahimahullah



dicoba susun sarikata kan ulang oleh
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari (Abu Miriam Aslam Hasanah)
Wonoayu, 3 Shaffar 1436 H  atau bertepatan 25 - 11- 2014

Rabu, 19 November 2014

Jalan Rizqi

 

pic courtesy google

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

Innal hamda lillahi, nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu. 
Sungguh segala puji adalah kepunyaan Allah
عزّوجلّ semata, yang kita senantiasa akan memuja dan memuji-Nya, dan memohon berharap pertolongan hanya kepada-Nya serta memohon ampun atas dosa-dosa yang kita lakukan.

Wa na’udzubillahi min suruuri anfusinaa wa min sayyi’ati a’malina.  
Dan kita memohon perlindungan kepada Allah Tabaroka Ta'alla dari kejahatan jiwa kita dan keburukan daripada amal perbuatan kita. 

Man yahdihillahu fa laa yudhillalahu ma wan yudhlil fa laa haadiyalahu.
 

Sesungguhnya barangsiapa diberi petunjuk Allah عزّوجلّ maka tidak ada satu orang pun manusia yang akan dapat menyesatkan dia, walau beribu preman datang untuk menyesatkan dan memindahkan langkahnya dari jalan kebenaran maka langkahnya tidaklah akan tergerakkan, kecuali bila Allah mengijinkannya.  Dan Sebaliknya barangsiapa yang tersesat dalam kehidupan ini, maka tidak ada satu pun ustadz orang alim ataupun yang sudah memiiki gelar Syech sekalipundapat mengembalikan dia kepada hidayah kecuali Allah عزّوجلّ mengijinkannya

 

Asyhadu anla ilaaha illAllah wah dahu lasyarikallah Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa Rasuulullah   

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan tidak ada yang pantas mendapatkan pengabdian kita serta tiada yang layak mendengar do'a dan rintihan kita selain daripada Allah semata, Dia Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, yang diutus ke muka bumi ini untuk menancapkan pilar-pilar Tauhid dan mengajarkan kepada umat syariat Allah.   

 

Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga yaumul kiamat kelak.

 

Pernahkah terbersit dalam fikir kita, bagaimanakah sesungguhnya metode pembagian rizqi dari Allah...?  Ataukah kita hanya sekedar bekerja dan bekerja saja guna menjemput rejeki tanpa memikirkan kiat bagaimana agar dia bisa bertambah......

Maka bila ada ingin maka langkah awal yang harus kita ketahui adalah metode pembagian rejeki itu sendiri.

 

 

Pertama sesungguhnya rejeki tiap mahluk telah dijamin oleh Allah Tabaroka Ta'ala

 

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚكُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melatapun (termasuk manusia) di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) 

{QS al-Huud ayat 6}

 

Bila kita mau memahami makna dari ayat diatas, maka tidaklah kita akan pernah khawatir perihal rejeki, karena sesungguhnya semua telah dijamin dan takkan keliru karena Allah Maha Mengetahui walau dimana kita berada atau bersembunyi maka rejeki itu telah ditetapkan dan akan tersampaikan pada tiap-tiap mahluk sebagaimana yang tertuliskan dalam kitab Lauh Mahfuzh.

 

Hal ini juga sejalan dengan ayat Allah lainnya

مَا يَفْتَحِ الَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖوَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚوَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 

{QS Al-Fathir ayat 2}

 

Jadi rejeki tak akan pernah kemana-mana bila memang itu sudah jatah dan mili seseorang. Namun kita sebagai mahluk tetaplah diwajibkan untuk usaha, dan inilah jalan berikutnya

 

Kedua rejeki akan diberikan sesuai dengan usaha masing-masing.

 

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.

{QS An-Najm ayat 39}

 

Setiap mahluk yang ada di bumi memang sudah mendapat jatah rejeki, namun bila diam termenung di tempatnya ataupun hanya berdoa tengadah memohon kepada Allah maka rejeki yang didapat akan berbeda dengan mereka yang beranjak pergi menjemput rejekinya.

 

Seekor buaya hanya akan mendapat jatah hewan yang berlalu dihadapannya bila dia hanya berdiam di sarangnya, sedangkan yang berburu akan mendapat sesuai keinginannya, bila dia ingin makan kuda dan itu memang sudah rejekinya maka akan didapatinya. 

 

Perhatikan ayat berikutnya,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ الَّهِ وَاذْكُرُوا الَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

{QS Al-Jumuah ayat 10}

 

Ketiga rejeki akan diberikan kepada yang bersyukur

 

     وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖوَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
  

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". 

{QS Ibrahim ayat 7}

 

Ini adalah salah satu bentuk sayangnya Allah kepada mahluk, dan sungguh mereka yang pandai bersyukur  maka akan didapatlah rejeki yang lebih banyak, dan itu janji Allah.

 

Mereka yang pandai bersyukur dalam segala keadaannya maka yang didapat ada rasa cukup atas segala kebutuhan dunianya, hidupnya akan senantiasa merasa bahagia, hatinya akan terasa tentram dan keluarganya akan sejahtera.

 

Keempat rejeki yang teristimewa untuk orang-orang khusus

 

Ya, yang ini adalah rejeki teristimewa dan semua orang bisa serta berhak untuk mendapatkannya.  Namun dia haruslah seseorang yang benar besar kecintaannya kepada Allah, sehingga Allah akan senantiasa mencukupkan segala kebutuhannya, memberikan jalan keluar segala permasalahannya dan akan senantiasa mendatangkan rizki dari jalan yang tak diduga-duga.

 


  ۚوَمَنْ يَتَّقِ الَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا  

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚوَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى الَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚإِنَّ الَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚقَدْ جَعَلَ الَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

  Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

{QS  Ath-Thalaq 2 - 3}

 

 Demikianlah rejeki Allah akan sampai kepada kita, maka jemputlah ia.

 

Semoga bermanfaat 

 

 

Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Moebari

Wonoayu, 27 Muharram 1436 H (20-11-14)

  

Sabtu, 01 November 2014

MUHRIM.....????



Seringkali kita mendengar bahkan kita sendiri mengatakan, muhrim....muhrim....kamu muhrimku jadi haram dinikahi.....
Sesungguhnya apa sih makna dari muhrim itu sendiri 
Muhrim: Muhrim (مُحْرِمُ) adalah isim fa'il dari أحْرَمَ -يُحْرِمُ Maknanya adalah Melakukan Ihram, jadi isim failnya artinya orang yang melakukan ihram untuk haji atau umroh. Biasanya ketika kata tersebut disambung dengan haji dan umroh maka ia ditambahi huruf jar Bi.

Lha.....salah dong anggapan selama ini, lantas yang haram untuk dinikahi itu namanya apa....???
As-Syaikh Utsaimin Rahimahullah mengatakan  bahwa siapa saja yang diharamkan selamanya menikahi atau dinikahi seseorang, baik keharaman itu dikarenakan kekerabatan, persusuan dan pernikahan (seperti ayah/ibu mertua.pent) adalah disebut Mahram   lihat Majmu' Fatawa wa Rasail al-Utsaimin 24/422, Dar al-Wathon wa dar Ats-Tsuroyya

Jadi kalo Mahram walau mirip kata Ihrom bukan berarti ada hubungannya dengan Ihrom atau Haji.

Maka sesungguhnya Mahram dan Muhrim sungguh jauh bedanya, oleh karenanya hati-hati dalam mengartikannya jangan keliru apalagi terbalik, sebagaimana contoh kasus ada yang pernah menyatakan bahwa mahram dapat diwakili oleh pembimbing haji atau salah satu peserta. naudzubillahi min dzalik.

Dan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dari Mahram adalah
  • Boleh melihat wajah, tangan dan kepala
  • diperbolehkan salaman 
  • Tidak diperbolehkan menikah
Sedangkan kaidah-kaidah untuk nonMahram atau selain Mahram adalah
  • Diwajibkan menundukkan pandangan
  • Tidak boleh bersalaman
  • Tidak boleh Khalwat (berduaan)
  • Diperbolehkan untuk Menikah
  •     
maka mulai sekarang fahami dengan benar, dan berikut adalah skema hubungan Mahram

Perhatikan firman Allah Subhanallahu Wata'ala berikut
 
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ للاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, {QS An-Nisaa' ayat 23}
  

Kamis, 16 Oktober 2014

sebuah KONSER HATI



بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Setiap malam sebelum tidur dia selalu menemaniku hingga tertidur, dia sungguh membuaiku membuat seakan melayang terlena memasuki tidurku yang paling dalam dan membawakan mimpi-mimpi yang seakan nyata.  Dan ketika bangun di pagi hari, berteriak membahana seakan memberikan semangat agar aku bergegas agar tak tertinggalmenuju sekolah.  Ya itulah dia yang selalu menyertai ku, bahkan dalam perjalanan ke sekolah atau pun ketika belajar menyimak kembali pelajaran ketika di rumah, dia selalu menyertai.  Bahkan ketika aku mulai mengenal lawan jenis dia menyertaiku..............

namun kini..........Sungguh segala puji adalah milik Allah, kita senantiasa memuja dan memuji-Nya, memohon pertolongan hanya kepada-Nya dan memohon ampun atas dosa-dosa yang kita lakukan.  Dalam suatu saat tersampaikan ke telinga ku sebuah kisah dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al Ufi dari Ibnu Abbas tentang seorang Quraisy yang membeli seorang biduanita untuk dijadikan sebagai alat menyesatkan manusia.  Dan juga dari sebuah hadits lain yang senada diriwayatkan oleh Juwaibir dari Ibnu Abbas yang berkisah tentang seorang Quraisy bernama an Nadhr bin al Harts yang membeli seorang biduanita apabila dia mendengar berita seseorang akan masuk Islam, lalu dia akan mengajak orang tersebut datang kepada biduanita itu dan menyuruh biduanita itu menyediakan makanan dan minuman serta merayunya dengan alunan suaranya. Kemudian an Nadhr berkata kepada orang yang dibujuk itu: "Ini adalah lebih baik daripada ajakan Muhammad yang hanya menyuruh sembahyang, puasa dan berperang untuk kemenangan dirinya."  Kemudian dijelaskan kepadaku bahwa itu adalah sebab diturunkannya surat Luqman ayat 6

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ الَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. 

Dalam Tafsir Ath-Thabari, beliau Ibnu Jarir Ath-Thabari-rahimahullah- mengatakan bahwa para pakar tafsir berselisih pendapat apa yang dimaksud dengan لَهْوَ الْحَدِيثِlahwal hadits” dalam ayat tersebut, sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah nyanyian dan mendengarkannya. Lalu setelah itu Ibnu Jarir menyebutkan beberapa perkataan ulama salaf mengenai tafsir ayat tersebut. Di antaranya adalah dari Abu Ash Shobaa’ Al Bakrirahimahullah-. Beliau mengatakan bahwa dia mendengar Ibnu Mas’ud ditanya mengenai tafsir ayat tersebut, lantas beliau –radhiyallahu ‘anhu- berkata,


الغِنَاءُ، وَالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلاَث َمَرَّاتٍ.
Yang dimaksud adalah nyanyian, demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau menyebutkan makna tersebut sebanyak tiga kali.
 Dan beliau Rahimhullah dengan panjang lebar menjelaskan :
"Yang dimaksud dengannya (perkataan yang tidak berguna) adalah semua perkataan yang melalaikan dari jalan ALLAH dari apa-apa yang dilarang ALLAH dari mendengarkannya atau apa-apa yang dilarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (dari mendengarkannya), karena ALLAH menjadikan firmannya (perkataan tidak berguna) umum dan tidak mengkhususkan sebagian yang satu dari sebagian yang lain. Oleh karena itu tetap berlaku umum sehingga datang dalil yang mengkhususkannya. Nyanyian dan syirik termasuk dari itu (perkataan tidak berguna)."


Dalam Tafsirnya Ibn-Katsir, beliau Rahimahullah menyebutkan makna perkataan yang tidak berguna sebagai "nyanyian" dan ini dari Sa'id bin Jubair, Makhul, 'Amru bin Syu'aib, Hasan al-Bashri dan 'Ali bin Badzimah dari kalangan para tabi'in. Beliau juga mengomentari ALLAH menyambung dengan menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka yaitu orang -orang yang berpaling dari mengambil manfaat dengan mendengarkan kalam ALLAH dan malah cenderung mendengarkan lagu-lagu, nyanyian dengan nada-nada tertentu dan alat-alat musik.


Al-Baghawi menyebutkan perkataan Ibrahim An-Nakha'i (Tabi'in):
bahwa "Nyanyian menumbuhkan kemunafikan di dalam hati".   



Asy Syaukani dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Lahwal hadits adalah segala sesuatu yang melalaikan seseorang dari berbuat baik. Hal itu bisa berupa nyanyian, permainan, cerita-cerita bohong dan setiap kemungkaran.” 
Lalu, Asy Syaukani menukil perkataan Al Qurthubi yang mengatakan bahwa tafsiran yang paling bagus untuk makna lahwal hadits adalah nyanyian.
 

Imam Al-Qurthubi pun menyampaikan panjang lebar dalam tafsirnya 
 

وَهُوَ الْغِنَاء الْمُعْتَاد عِنْد الْمُشْتَهِرِينَ بِهِ , الَّذِي يُحَرِّك النُّفُوس وَيَبْعَثهَا عَلَى الْهَوَى وَالْغَزَل , وَالْمُجُون الَّذِي يُحَرِّك السَّاكِن وَيَبْعَث الْكَامِن ; فَهَذَا النَّوْع إِذَا كَانَ فِي شِعْر يُشَبَّب فِيهِ بِذِكْرِ النِّسَاء وَوَصْف مَحَاسِنهنَّ وَذِكْر الْخُمُور وَالْمُحَرَّمَات لَا يُخْتَلَف فِي تَحْرِيمِهِ ; لِأَنَّهُ اللَّهْو وَالْغِنَاء الْمَذْمُوم بِالِاتِّفَاقِ .

Nyanyian yang dimaksud adalah nyanyian yang biasa dinyanyikan menurut orang-orang yang mempopulerkannya. Yaitu nyanyian yang yang menggerakkan nafsu dan membangkitkannya atas hawa dan cumbu rayu dan kelakar (lawak) yang akan menggerakkan yang diam dan mengeluarkan yang tersembunyi (muncul aib-aib). Jenis ini apabila di dalam sya'ir akan mengobarkannya dengan menyebutkan wanita dan sifat-sifat kecantikannya, menyebutkan khamr dan hal-hal yang diharamkan di mana tidak ada beda pendapat tentang keharamannya. Karena itu adalah sia-sia dan nyanyian adalah tercela dengan kesepakatan.


فَأَمَّا مَا سَلِمَ مِنْ ذَلِكَ فَيَجُوز الْقَلِيل مِنْهُ فِي أَوْقَات الْفَرَح ; كَالْعُرْسِ وَالْعِيد وَعِنْد التَّنْشِيط عَلَى الْأَعْمَال الشَّاقَّة , كَمَا كَانَ فِي حَفْر الْخَنْدَق
Sedangkan nyanyian yang selamat dari hal tersebut maka sedikit dari itu adalah boleh di dalam masa-masa bergembira seperti pernikahan, hari raya dan ketika digunakan untuk menyemangati beramal yang berat sebagaimana saat menggali parit ...


فَأَمَّا مَا اِبْتَدَعَتْهُ الصُّوفِيَّة الْيَوْم مِنْ الْإِدْمَان عَلَى سَمَاع الْمَغَانِي بِالْآلَاتِ الْمُطْرِبَة مِنْ الشَّبَّابَات وَالطَّار وَالْمَعَازِف وَالْأَوْتَار فَحَرَام .

Sedangkan apa yang dibuat-buat oleh orang-orang shufi pada hari ini (zaman al-Qurthubi) dengan membiasakan atas mendengarkan nyanyi-nyanyian dengan alat-alat musik seperti syabaabaat, thaar, ma'azif, autaar (nama-nama alat musik dipukul, dipetik dlsb) adalah haram.



imam Al-Qurthubi memberikan beberapa penukilan pendapat para imam mazhab:

Imam Malik bin Anas pernah ditanya tentang nyanyian yang dibolehkan oleh sebagian orang-orang di Madinah, beliau menjawab: Yang melakukan itu menurut kami hanyalah orang-orang fasiq.
 

Madzhab Abu Hanifah adalah membenci nyanyian dan beliau menganggap bahwa mendengarkan nyanyian termasuk dosa.

Begitu pula madzhab seluruh penduduk Kufah: Ibrahim (an-Nakha'i), Asy-Sya'bi, Hammad, Ats-Tsauri dan selainnya, tidak ada beda pendapat di antara meraka dalam hukum nyanyian.


imam Syafi'i beliau berkata: Nyanyian adalah dibenci dan menyerupai hal yang bathil dan barang siapa memperbanyaknya maka dia orang bodoh yang ditolak persaksiannya. 


Sedangkan madzhab Ahmad tidak ada keterangan tegas tentang hal tersebut, namun ketika ditanya tentang seseorang yang meninggal dan meninggalkan seorang anak laki-laki dan seorang budak perempuan penyanyi. Si anak ingin menjual budaknya. imam Ahmad menjawab: budak perempuan dijual sebagai budak biasa bukan sebagai budak yang penyanyi. Ada yang berkata: harganya bisa sampai 30 ribu, boleh jadi kalau dijual sebagai budak biasa hanya 20 ribu. imam Ahmad menjawab: tidak boleh dijual kecuali sebagai budak biasa.

dalam hal ini Ibnu al-Jauzi mengomentari:

Ahmad berkata seperti ini karena budak perempuan ini penyanyi dan tidak bernyanyi dengan qashidah zuhud tapi dengan sya'ir-sya'ir musik yang membangkitkan cinta.

Ini adalah dalil atas nyanyian adalah dilarang di mana kalau tidak dilarang maka tidak boleh menghilangkan harta anak yatim (lihat dan fahami kasus di atas). 



imam Ath-Thabari berkata:
Telah terjadi ijma' (kesepakatan) para ulama akan dibencinya nyanyian dan larangannya. Akan tetapi Ibrahim bin Sa'ad dan 'Ubaidullah al-'Anbari telah menyelesihi jama'ah (dengan membolehkan nyanyian).

 #lihat tafsir  al-Qurthubi  

Muhaddits Negeri Syam Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy –rahimahullah- berkata dalam kitabnya Tahrim Alat Ath-Thorb (hal 105), Sesungguhnya para ulama dan fuqoha –diantaranya empat imam madzhab- sepakat mengharamkan alat-alat musik karena berteladan dengan hadits-hadits Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam dan atsar-atsar Salaf  


Dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah  -صلى الله عليه وسلم  bersabda ;


  
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنِ الْحِرَّ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

Sesungguhnya akan ada beberapa kaum dari ummatku akan menghalalkan zina, kain sutra, minuman keras (khomer), dan musik“. 
[HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Asyribah (5590)]



Dan rupa nya sungguh sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم tersebut telah nampak terwujud di masa kini, dimana zina yang dihalalkan yakni dengan disediakannya tempat khusus guna melakukannya.  Kain sutra, ya telah banyak di zaman kini para lelaki yang mengenakannya.  Minuman keras, jikalau dulu jualnya sembunyi saat ini dijualnya secara terang terangan dan bebas, di semua supermarket ada.  Musik, apalagi yang satu ini, seolah tiada hari bahkan detik tanpa musik.


Sungguh diri ini berharap segera beranjak dari keadaan untuk menjadi lebih baik dan lebih baik dari sebelumnya
 -Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolonglah dan mudahkanlah).-



 Berkenaan dengan bab diatas bisa di dengar langsung dari Ustadz Ahmad Zainuddin Lc Hafidzahullah (Pemateri Radio Rodja/Rodja Tv) dengan mendownload link di dibawah ini dengan cara klik kanan pilih save link like ass
 
Judul
Size
Durasi
Link Download
Semua Suka Musik ?
34,5 Mb
2 jam





kalau mau lihat videonya bisa di 
Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc 








Atau bisa juga dengan pemateri dan cara penyampaian yang beda yaitu Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah MA Hafidzahullah (Pengajar STDI Imam Syafi'i Jember), cara download nya sama.
 
Judul
Size
Durasi
Link Download
Bagi aku Musik itu Halal !
22,79 Mb
1 Jam 39 Menit





 Untuk video nya  bisa di
 Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah MA






Semoga bermanfaat, terutama tuk
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari


disusun sari katakan dari             semua tentang musik