Senin, 24 November 2014

"T A M U" sebuah penginapan


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

Man yahdihillahu fa laa yudhillalahu ma wan yudhlil fa laa haadiyalahu. 

Sesungguhnya barangsiapa diberi petunjuk Allah عزّوجلّ maka tidak ada satu orang pun manusia yang akan dapat menyesatkan dia, walau beribu preman datang untuk menyesatkan dan memindahkan langkahnya dari jalan kebenaran maka langkahnya tidaklah akan tergerakkan, kecuali bila Allah mengijinkannya.  

Dan Sebaliknya barangsiapa yang tersesat dalam kehidupan ini, maka tidak ada satu pun ustadz orang alim ataupun yang sudah memiiki gelar Syech sekalipun dapat mengembalikan dia kepada hidayah kecuali Allah عزّوجلّ mengijinkannya


Maka sudah sepatutnyalah kita senantiasa memohon kepada Allah عزّوجلّ , agar diri ini senantiasa dilimpahkan Rahmat taufiq Hidayah serta Innayah Nya agar selalu berada dijalan orang-orang yang terselamatkan.

 

 

Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga yaumul kiamat kelak.

 

Cermatilah dengan seksama untaian nasehat bijak dibawah ini,

Aku akan menggambarkan kepadamu bahwa dunia ini adalah satu masa di antara dua masa yang lain. Satu masa telah lampau, satu masa akan datang, dan satu masa lagi saat dimana engkau hidup sekarang.

Adapun masa lampau dan yang akan datang, tidaklah memiliki kenikmatan dan juga tidak ada rasa sakit yang bisa dirasakan sekarang.

Tinggallah dunia ini saat dimana engkau hidup sekarang ini.

Saat itulah yang sering memperdayamu hingga lupa dengan akhirat, dan perjalanan yang bisa mengantarkanmu menuju neraka.

Sesungguhnya hari ini – bila engkau mengerti – ibarat tamu yang mampir ke rumahmu dan akan segera pergi meninggalkan rumahmu.
Apabila engkau memberi penginapan yang baik dan menghormatinya, ia akan menjadi saksi atas dirimu, memujimu, dan berbuat benar untuk dirimu.

Akan tetapi bila engkau memberi penginapan yang jelek, melayaninya dengan kasar, maka ia akan terus terbayang di depan matamu.

Hari ini dan hari esok bagaikan dua orang bersaudara yang masing-masing bertamu kepadamu secara bergantian. Ketika yang pertama singgah, engkau bersikap jelek kepadanya dan tidak memberikan pelayanan yang baik antara engkau dan dia. Lalu di hari kemudian saudaranya yang akan berkata : “Sesungguhnya saudaraku telah engkau perlakukan buruk. Sekarang aku datang setelahnya. Bila engkau melayaniku dengan baik, niscaya engkau dapat membayar perlakuan burukmu terhadap saudaraku, dan aku akan memaafkan apa yang telah engkau perbuat (terhadap saudaraku). Maka cukuplah engkau memberi pelayanan kepadaku apabila aku singgah dan menemuimu setelah kepergian saudaraku tadi. Dengan itu engkau telah mendapat keuntungan sebagai gantinya bila engkau mau berpikir. Gapailah apa yang telah engkau sia-siakan.

Bila yang datang kemudian engkau perlakukan seperti sebelumnya, alangkah meruginya hidupmu di dunia akibat persaksian keduanya atas kejahatanmu. Sisa umurmu tidak akan berguna dan berharga lagi.

Apabila engkau kumpulkan dunia seluruhnya, tidak akan dapat menggantikannya meskipun hanya satu hari yang tersia-siakan. Maka, janganlah engkau jual hari ini, dan jangan engkau ganti hari ini dengan dunia tanpa faedah yang berharga. Janganlah sampai terjadi, bahwa orang yang telah dikubur saja lebih menghargai apa yang ada di hadapanmu daripada dirimu sendiri, padahal semua itu milikmu.

Demi Allah, apabila orang yang telah dikebumikan itu ditanya : ‘Ini dunia beserta seisinya, dari awal sampai akhirnya, yang bisa engkau pergunakan untuk anak cucumu setelah kematianmu, agar mereka dapat berfoya-foya, yang keinginanmu hanyalah mereka; dan ini satu hari yang disediakan untukmu yang dapat engkau gunakan untuk beramal bagi dirimu” – manakah yang engkau pilih ? Tentu ia akan memilih satu hari yang terakhir. Tidak ada sesuatu yang dapat diperbandingkan dengan satu hari itu, melainkan ia pasti memilih hari itu karena kesukaannya dan penghormatannya terhadap hari itu.

Bahkan apabila hanya dicukupkan satu jam, untuk diperbandingkan dengan berkali-kali lipat dari apa yang telah kita paparkan tadi; pasti ia juga akan memilih yang satu jam tadi.

Meskipun dengan segala yang kita sebutkan dengan berbagai kelipatannya diberikan kepada orang lain. Bahkan apabila ia diberikan (pahala) satu kata yang ia ucapkan, untuk diperbandingkan dengan berlipat-lipat dari yang disebutkan tadi, pasti ia akan memilih satu kata itu.

Maka mulailah hari ini ! Cermatilah hari-harimu untuk kemaslahatanmu.
Cermatilah meski hanya satu jam ! dan hormatilah meski hanya satu kata.

Waspadailah kehinaan yang datang di akhir kehidupanmu. Janganlah engkau merasa aman untuk tidak dibantah oleh ucapanmu sendiri. Semoga nasihat ini berguna buatmu dan buat kami sendiri. Semoga Allah memberikan rizki kepada kita dengan akhir kehidupan yang baik.

As-Salaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabatakaatuh”.

[Diambilkan dari kitab Hilyatul-Auliyaa’ 2/39 yang ditulis oleh Abu Nu’aim Al Ashfahaniy]


Sebuah nasihat bijak dari seorang Hasan al-Bashri rahimahullah



dicoba susun sarikata kan ulang oleh
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari (Abu Miriam Aslam Hasanah)
Wonoayu, 3 Shaffar 1436 H  atau bertepatan 25 - 11- 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar