بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
الحمد الله وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، أما بعد
Pujian yang tak berhingga selalu kita ucapkan untuk mengungkap rasa syukur kita kepada Allah عزّوجلّ, yang telah menjadikan nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagai teladan kita dalam segala sisi kehidupan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali doa yang diajarkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم mulai dari bangun tidur sampai akan berangkat tidur lagi, namun pada kesempatan menuntut ilmu pada ustadz Abdur Rouf ada satu ungkapan beliau yang menggelitik perasaan ini, beliau mengatakan "kira-kira ada ndak yang berani mengamalkan doa Rasulullah yang satu ini,..." kemudian beliau membaca
اللهم احينى مسكينا وامتنى مسكينا واحشرنى زمرة المسا كين
"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin"
"Artinya : Ya Allah ! Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin".
memang doa ini terasa kontradiktif dengan doa beliau صلى الله عليه وسلم , yakni doa memohon dilindungi dari kefakiran;
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَِ
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَِ
yang artinya : "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kekufuran dan
kefakiran. Aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) kecuali Engkau."
Kemudian beliau menjelaskan bahwa perbedaan antara fakir dan miskin adalah, miskin adalah kondisi yang serba pas dan tidak berlebih sedangkan fakir adalah kondisi dimana seseorang sampai pada keadaan kekurangan sehingga ada sebagian yang sampai pada taraf meminta-minta. Demikian penjelasan beliau kemudian bagaimanakah penjelasan yang lain dari para ulama yang lain.
Mari kita tengok lagi dari awal doa Rasulullah tersebut
اللهم احينى مسكينا وامتنى مسكينا واحشرنى زمرة المسا كين
"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin"
"Artinya : Ya Allah ! Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin".
doa diatas adalah dari Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah (no. 4126) dan lain-lain.
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini derajatnya : hasan. [Lihat
pembahasannya di kitab beliau : Irwaul Ghalil (no. 861) dan Silsilah
Shahihah (no. 308)]
Setelah kita mengetahui bahwa hadits ini sah datangnya dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sekarang perlu kita mengetahui apa
maksud sebutan miskin dalam lafadz do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam di atas. maksud miskin di dalam do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut adalah : "Orang yang khusyu dan mutawaadli (orang yang tunduk dan
merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala)".
Sebagaimana hal ini
telah diterangkan oleh Ulama-ulama kita :
[1]. Imam Ibnul Atsir di kitabnya An-Nihaayah fi Gharibil Hadits (2/385) mengatakan :
"Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin ..... Yang dikehendaki dengannya (dengan miskin tersebut) ialah : tawadlu' dan khusyu', dan supaya tidak menjadi orang-orang yang sombong dan takabur".
[1]. Imam Ibnul Atsir di kitabnya An-Nihaayah fi Gharibil Hadits (2/385) mengatakan :
"Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin ..... Yang dikehendaki dengannya (dengan miskin tersebut) ialah : tawadlu' dan khusyu', dan supaya tidak menjadi orang-orang yang sombong dan takabur".
[2]. Di kitab kamus Lisanul Arab (2/176) oleh Ibnu Mandzur diterangkan,
asal arti miskin di dalam lughah/bahasa ialah = al-khaadi' (orang yang
tunduk), dan asal arti faqir ialah : Orang yang butuh. Lantaran itu Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a : Ya Allah, hidupkanlah aku dalam
keadaan miskin .....
Yang dikehendaki ialah : tawadlu' dan khusyu'. dan supaya tidak menjadi orang-orang yang sombong dan takabur. Artinya : Aku merendahkan diriku kepada Mu wahai Rabb dalam keadaan berhina diri, tidak dengan sombong.
Dan bukanlah yang dikehendaki dengan miskin di sini adalah faqir yang butuh (harta).
Yang dikehendaki ialah : tawadlu' dan khusyu'. dan supaya tidak menjadi orang-orang yang sombong dan takabur. Artinya : Aku merendahkan diriku kepada Mu wahai Rabb dalam keadaan berhina diri, tidak dengan sombong.
Dan bukanlah yang dikehendaki dengan miskin di sini adalah faqir yang butuh (harta).
[3]. Imam Baihaqi mengatakan :"Menurutku bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam tidaklah meminta keadaan miskin yang maknanya kekurangan
tetapi beliau meminta miskin yang maknanya tunduk dan merendahkan diri
(khusyu' dan tawadlu'). [Lihat kitab : Sunatul Kubra al-Baihaqi 7/12-13
dan Taklhisul-Habir 3/109 No. 1415 oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar]
[4]. Demikian juga maknanya telah diterangkan oleh al-Imam Ghazali di kitabnya yang mashur Al-Ihya' (4/193). [Baca juga syarah Ihya' (9/272) oleh Imam Az-Zubaidy]
[5]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :"Hidupkanlah aku" dalam keadaan khusyu' dan tawadlu'. [Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah 18/382 bagian kitab hadits]
Beliau juga mengatakan (hal. 326) : ".... bukanlah yang dikehendaki dengan miskin (di hadits ini) tidak mempunyai harta ..."
[4]. Demikian juga maknanya telah diterangkan oleh al-Imam Ghazali di kitabnya yang mashur Al-Ihya' (4/193). [Baca juga syarah Ihya' (9/272) oleh Imam Az-Zubaidy]
[5]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :"Hidupkanlah aku" dalam keadaan khusyu' dan tawadlu'. [Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah 18/382 bagian kitab hadits]
Beliau juga mengatakan (hal. 326) : ".... bukanlah yang dikehendaki dengan miskin (di hadits ini) tidak mempunyai harta ..."
[6]. Imam Qutaibi juga mengatakan khusyu' dan tawadlu' [Ta'liq Sunan Ibnu Majah (no. 4126) oleh Ustadz Muhammad Fuad Abdul Baqi]
Maka setelah kita mengetahui keterangan ulama-ulama kita tentang maksud
miskin dalam do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas baik secara
lughah/bahasa maupun maknanya, maka hadits tersebut artinya menjadi :
"Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadlu', dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadlu', dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu' dan tawadlu".
"Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadlu', dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadlu', dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu' dan tawadlu".
Sekarang.....,
masihkah kita ragu untuk melafadzkan doa diatas.....
masihkah kita ragu untuk segala yang dicontohkan beliau صلى الله عليه وسلم junjungan kita.
marilah kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dari berburuk sangka kepada Nabi-Nya صلى الله عليه وسلم.
dicoba susun sarikatakan kembali oleh:
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar