Kamis, 27 November 2014

I B U







Bagaimana jadinya seorang anak bisa dilihat bagaimana cara mendidik orangtua nya, bagaimana orangtua memberikan teladan, dan bagaimana hubungan orangtua dengan Sang Khalik.
Lihatlah bagaimana ibu dari Imam Asy-Syafii Rahimahullah, ibu dari imam Ibn Katsir Rahimahullah yang semenjak beliau dalam kandungan sang ibu selalu melantunkan ayat-ayat Allah, lihat ibu dari Syeh Bin baz Rahimahullah yang setia mengantarkan anaknya mendatangi majlis ilmu. 
Dan berikut ini bagaimana salah satu sikap dari ibu Asy-Syaikh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika menerima surat dari anaknya yang sedang dipenjara dan menyampaikan permohonan maaf disebabkan jauhnya beliau dari sang ibu serta waktu yang lama beliau tinggal di kota Mesir :


Inilah yang beliau katakan :

" Anakku yang tercinta, yang kuridhai Ahmad bin Taimiyah ; 
wa 'alaika assalam warahmatullahi wa barakatuh wa maghfiratuh wa ridhwanuh.

Sesungguhnya, Demi Allah untuk yang seperti inilah aku mendidikmu sejak kecil, dan demi menolong agama Islam dan kaum muslimin aku mempersembahkanmu dan demi Syari'at agamu aku mengajarkan ilmu kepadamu. 

Dan jangan engkau mengira kedekatanmu dariku lebih aku cintai dari kedekatanmu terhadap agamamu dalam rangka engkau menolongnya beserta kaum muslimin diseluruh penjuru dunia... 

Bahkan, ketahuilah wahai anakku, keridhaanku kepadamu itu kembali pada sejauh mana engkau menolong agama Allah dan kaum muslimin. 
Dan esok di hari kiamat aku tak akan menuntutmu di hadapan Allah karena jauhnya engkau dariku, karena aku tahu dimana dan apa yang engkau lakukan...


Bahkan wahai anakku Ahmad !,

aku akan menuntutmu di hadapan Allah ketika engkau lalai menolong agama Allah dan pengikutnya kaum muslimin. 

Semoga Allah senantiasa meridhaimu wahai Anakku, menerangi perjuangan dan meluruskan setiap langkahmu, dan semoga Allah mengumpulkan kita di bawah naungan 'ArsyNya dimana tiada naungan selain naunganNya.


Wasaalamu alaikum warahmatullah wa barakatuh

(majmu' fatawa 28/48)


Sebuah contoh bagaimana seharusnya kita sebagai orangtua, bagaimana kita harus mendidik anak.  Dan menjadikan diri ridho atas segala perbuatan baik anak sehingga mendatangkan pula ridho dari Allah




 disusun sarikatakan kembali oleh
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Senin, 24 November 2014

"T A M U" sebuah penginapan


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

Man yahdihillahu fa laa yudhillalahu ma wan yudhlil fa laa haadiyalahu. 

Sesungguhnya barangsiapa diberi petunjuk Allah عزّوجلّ maka tidak ada satu orang pun manusia yang akan dapat menyesatkan dia, walau beribu preman datang untuk menyesatkan dan memindahkan langkahnya dari jalan kebenaran maka langkahnya tidaklah akan tergerakkan, kecuali bila Allah mengijinkannya.  

Dan Sebaliknya barangsiapa yang tersesat dalam kehidupan ini, maka tidak ada satu pun ustadz orang alim ataupun yang sudah memiiki gelar Syech sekalipun dapat mengembalikan dia kepada hidayah kecuali Allah عزّوجلّ mengijinkannya


Maka sudah sepatutnyalah kita senantiasa memohon kepada Allah عزّوجلّ , agar diri ini senantiasa dilimpahkan Rahmat taufiq Hidayah serta Innayah Nya agar selalu berada dijalan orang-orang yang terselamatkan.

 

 

Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga yaumul kiamat kelak.

 

Cermatilah dengan seksama untaian nasehat bijak dibawah ini,

Aku akan menggambarkan kepadamu bahwa dunia ini adalah satu masa di antara dua masa yang lain. Satu masa telah lampau, satu masa akan datang, dan satu masa lagi saat dimana engkau hidup sekarang.

Adapun masa lampau dan yang akan datang, tidaklah memiliki kenikmatan dan juga tidak ada rasa sakit yang bisa dirasakan sekarang.

Tinggallah dunia ini saat dimana engkau hidup sekarang ini.

Saat itulah yang sering memperdayamu hingga lupa dengan akhirat, dan perjalanan yang bisa mengantarkanmu menuju neraka.

Sesungguhnya hari ini – bila engkau mengerti – ibarat tamu yang mampir ke rumahmu dan akan segera pergi meninggalkan rumahmu.
Apabila engkau memberi penginapan yang baik dan menghormatinya, ia akan menjadi saksi atas dirimu, memujimu, dan berbuat benar untuk dirimu.

Akan tetapi bila engkau memberi penginapan yang jelek, melayaninya dengan kasar, maka ia akan terus terbayang di depan matamu.

Hari ini dan hari esok bagaikan dua orang bersaudara yang masing-masing bertamu kepadamu secara bergantian. Ketika yang pertama singgah, engkau bersikap jelek kepadanya dan tidak memberikan pelayanan yang baik antara engkau dan dia. Lalu di hari kemudian saudaranya yang akan berkata : “Sesungguhnya saudaraku telah engkau perlakukan buruk. Sekarang aku datang setelahnya. Bila engkau melayaniku dengan baik, niscaya engkau dapat membayar perlakuan burukmu terhadap saudaraku, dan aku akan memaafkan apa yang telah engkau perbuat (terhadap saudaraku). Maka cukuplah engkau memberi pelayanan kepadaku apabila aku singgah dan menemuimu setelah kepergian saudaraku tadi. Dengan itu engkau telah mendapat keuntungan sebagai gantinya bila engkau mau berpikir. Gapailah apa yang telah engkau sia-siakan.

Bila yang datang kemudian engkau perlakukan seperti sebelumnya, alangkah meruginya hidupmu di dunia akibat persaksian keduanya atas kejahatanmu. Sisa umurmu tidak akan berguna dan berharga lagi.

Apabila engkau kumpulkan dunia seluruhnya, tidak akan dapat menggantikannya meskipun hanya satu hari yang tersia-siakan. Maka, janganlah engkau jual hari ini, dan jangan engkau ganti hari ini dengan dunia tanpa faedah yang berharga. Janganlah sampai terjadi, bahwa orang yang telah dikubur saja lebih menghargai apa yang ada di hadapanmu daripada dirimu sendiri, padahal semua itu milikmu.

Demi Allah, apabila orang yang telah dikebumikan itu ditanya : ‘Ini dunia beserta seisinya, dari awal sampai akhirnya, yang bisa engkau pergunakan untuk anak cucumu setelah kematianmu, agar mereka dapat berfoya-foya, yang keinginanmu hanyalah mereka; dan ini satu hari yang disediakan untukmu yang dapat engkau gunakan untuk beramal bagi dirimu” – manakah yang engkau pilih ? Tentu ia akan memilih satu hari yang terakhir. Tidak ada sesuatu yang dapat diperbandingkan dengan satu hari itu, melainkan ia pasti memilih hari itu karena kesukaannya dan penghormatannya terhadap hari itu.

Bahkan apabila hanya dicukupkan satu jam, untuk diperbandingkan dengan berkali-kali lipat dari apa yang telah kita paparkan tadi; pasti ia juga akan memilih yang satu jam tadi.

Meskipun dengan segala yang kita sebutkan dengan berbagai kelipatannya diberikan kepada orang lain. Bahkan apabila ia diberikan (pahala) satu kata yang ia ucapkan, untuk diperbandingkan dengan berlipat-lipat dari yang disebutkan tadi, pasti ia akan memilih satu kata itu.

Maka mulailah hari ini ! Cermatilah hari-harimu untuk kemaslahatanmu.
Cermatilah meski hanya satu jam ! dan hormatilah meski hanya satu kata.

Waspadailah kehinaan yang datang di akhir kehidupanmu. Janganlah engkau merasa aman untuk tidak dibantah oleh ucapanmu sendiri. Semoga nasihat ini berguna buatmu dan buat kami sendiri. Semoga Allah memberikan rizki kepada kita dengan akhir kehidupan yang baik.

As-Salaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabatakaatuh”.

[Diambilkan dari kitab Hilyatul-Auliyaa’ 2/39 yang ditulis oleh Abu Nu’aim Al Ashfahaniy]


Sebuah nasihat bijak dari seorang Hasan al-Bashri rahimahullah



dicoba susun sarikata kan ulang oleh
Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari (Abu Miriam Aslam Hasanah)
Wonoayu, 3 Shaffar 1436 H  atau bertepatan 25 - 11- 2014

Rabu, 19 November 2014

Jalan Rizqi

 

pic courtesy google

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

Innal hamda lillahi, nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu. 
Sungguh segala puji adalah kepunyaan Allah
عزّوجلّ semata, yang kita senantiasa akan memuja dan memuji-Nya, dan memohon berharap pertolongan hanya kepada-Nya serta memohon ampun atas dosa-dosa yang kita lakukan.

Wa na’udzubillahi min suruuri anfusinaa wa min sayyi’ati a’malina.  
Dan kita memohon perlindungan kepada Allah Tabaroka Ta'alla dari kejahatan jiwa kita dan keburukan daripada amal perbuatan kita. 

Man yahdihillahu fa laa yudhillalahu ma wan yudhlil fa laa haadiyalahu.
 

Sesungguhnya barangsiapa diberi petunjuk Allah عزّوجلّ maka tidak ada satu orang pun manusia yang akan dapat menyesatkan dia, walau beribu preman datang untuk menyesatkan dan memindahkan langkahnya dari jalan kebenaran maka langkahnya tidaklah akan tergerakkan, kecuali bila Allah mengijinkannya.  Dan Sebaliknya barangsiapa yang tersesat dalam kehidupan ini, maka tidak ada satu pun ustadz orang alim ataupun yang sudah memiiki gelar Syech sekalipundapat mengembalikan dia kepada hidayah kecuali Allah عزّوجلّ mengijinkannya

 

Asyhadu anla ilaaha illAllah wah dahu lasyarikallah Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa Rasuulullah   

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan tidak ada yang pantas mendapatkan pengabdian kita serta tiada yang layak mendengar do'a dan rintihan kita selain daripada Allah semata, Dia Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, yang diutus ke muka bumi ini untuk menancapkan pilar-pilar Tauhid dan mengajarkan kepada umat syariat Allah.   

 

Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga yaumul kiamat kelak.

 

Pernahkah terbersit dalam fikir kita, bagaimanakah sesungguhnya metode pembagian rizqi dari Allah...?  Ataukah kita hanya sekedar bekerja dan bekerja saja guna menjemput rejeki tanpa memikirkan kiat bagaimana agar dia bisa bertambah......

Maka bila ada ingin maka langkah awal yang harus kita ketahui adalah metode pembagian rejeki itu sendiri.

 

 

Pertama sesungguhnya rejeki tiap mahluk telah dijamin oleh Allah Tabaroka Ta'ala

 

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚكُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melatapun (termasuk manusia) di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) 

{QS al-Huud ayat 6}

 

Bila kita mau memahami makna dari ayat diatas, maka tidaklah kita akan pernah khawatir perihal rejeki, karena sesungguhnya semua telah dijamin dan takkan keliru karena Allah Maha Mengetahui walau dimana kita berada atau bersembunyi maka rejeki itu telah ditetapkan dan akan tersampaikan pada tiap-tiap mahluk sebagaimana yang tertuliskan dalam kitab Lauh Mahfuzh.

 

Hal ini juga sejalan dengan ayat Allah lainnya

مَا يَفْتَحِ الَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖوَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚوَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 

{QS Al-Fathir ayat 2}

 

Jadi rejeki tak akan pernah kemana-mana bila memang itu sudah jatah dan mili seseorang. Namun kita sebagai mahluk tetaplah diwajibkan untuk usaha, dan inilah jalan berikutnya

 

Kedua rejeki akan diberikan sesuai dengan usaha masing-masing.

 

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.

{QS An-Najm ayat 39}

 

Setiap mahluk yang ada di bumi memang sudah mendapat jatah rejeki, namun bila diam termenung di tempatnya ataupun hanya berdoa tengadah memohon kepada Allah maka rejeki yang didapat akan berbeda dengan mereka yang beranjak pergi menjemput rejekinya.

 

Seekor buaya hanya akan mendapat jatah hewan yang berlalu dihadapannya bila dia hanya berdiam di sarangnya, sedangkan yang berburu akan mendapat sesuai keinginannya, bila dia ingin makan kuda dan itu memang sudah rejekinya maka akan didapatinya. 

 

Perhatikan ayat berikutnya,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ الَّهِ وَاذْكُرُوا الَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

{QS Al-Jumuah ayat 10}

 

Ketiga rejeki akan diberikan kepada yang bersyukur

 

     وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖوَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
  

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". 

{QS Ibrahim ayat 7}

 

Ini adalah salah satu bentuk sayangnya Allah kepada mahluk, dan sungguh mereka yang pandai bersyukur  maka akan didapatlah rejeki yang lebih banyak, dan itu janji Allah.

 

Mereka yang pandai bersyukur dalam segala keadaannya maka yang didapat ada rasa cukup atas segala kebutuhan dunianya, hidupnya akan senantiasa merasa bahagia, hatinya akan terasa tentram dan keluarganya akan sejahtera.

 

Keempat rejeki yang teristimewa untuk orang-orang khusus

 

Ya, yang ini adalah rejeki teristimewa dan semua orang bisa serta berhak untuk mendapatkannya.  Namun dia haruslah seseorang yang benar besar kecintaannya kepada Allah, sehingga Allah akan senantiasa mencukupkan segala kebutuhannya, memberikan jalan keluar segala permasalahannya dan akan senantiasa mendatangkan rizki dari jalan yang tak diduga-duga.

 


  ۚوَمَنْ يَتَّقِ الَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا  

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚوَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى الَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚإِنَّ الَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚقَدْ جَعَلَ الَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

  Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

{QS  Ath-Thalaq 2 - 3}

 

 Demikianlah rejeki Allah akan sampai kepada kita, maka jemputlah ia.

 

Semoga bermanfaat 

 

 

Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Moebari

Wonoayu, 27 Muharram 1436 H (20-11-14)

  

Sabtu, 01 November 2014

MUHRIM.....????



Seringkali kita mendengar bahkan kita sendiri mengatakan, muhrim....muhrim....kamu muhrimku jadi haram dinikahi.....
Sesungguhnya apa sih makna dari muhrim itu sendiri 
Muhrim: Muhrim (مُحْرِمُ) adalah isim fa'il dari أحْرَمَ -يُحْرِمُ Maknanya adalah Melakukan Ihram, jadi isim failnya artinya orang yang melakukan ihram untuk haji atau umroh. Biasanya ketika kata tersebut disambung dengan haji dan umroh maka ia ditambahi huruf jar Bi.

Lha.....salah dong anggapan selama ini, lantas yang haram untuk dinikahi itu namanya apa....???
As-Syaikh Utsaimin Rahimahullah mengatakan  bahwa siapa saja yang diharamkan selamanya menikahi atau dinikahi seseorang, baik keharaman itu dikarenakan kekerabatan, persusuan dan pernikahan (seperti ayah/ibu mertua.pent) adalah disebut Mahram   lihat Majmu' Fatawa wa Rasail al-Utsaimin 24/422, Dar al-Wathon wa dar Ats-Tsuroyya

Jadi kalo Mahram walau mirip kata Ihrom bukan berarti ada hubungannya dengan Ihrom atau Haji.

Maka sesungguhnya Mahram dan Muhrim sungguh jauh bedanya, oleh karenanya hati-hati dalam mengartikannya jangan keliru apalagi terbalik, sebagaimana contoh kasus ada yang pernah menyatakan bahwa mahram dapat diwakili oleh pembimbing haji atau salah satu peserta. naudzubillahi min dzalik.

Dan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dari Mahram adalah
  • Boleh melihat wajah, tangan dan kepala
  • diperbolehkan salaman 
  • Tidak diperbolehkan menikah
Sedangkan kaidah-kaidah untuk nonMahram atau selain Mahram adalah
  • Diwajibkan menundukkan pandangan
  • Tidak boleh bersalaman
  • Tidak boleh Khalwat (berduaan)
  • Diperbolehkan untuk Menikah
  •     
maka mulai sekarang fahami dengan benar, dan berikut adalah skema hubungan Mahram

Perhatikan firman Allah Subhanallahu Wata'ala berikut
 
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ للاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, {QS An-Nisaa' ayat 23}