Senin, 15 September 2014

Buah ranum yang nikmat

pic courtesy google
pi


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Segala puja dan puji adalah kepunyaan Allah Subhanallahu Wata'ala semata pemilik segala yang ada di bumi dan langit serta yang ada diantara dan sekitarnya.

Qodarullah sebagian dari kita telah menjadi islam sejak dalam kandungan, dikarenakan kedua orangtua kita adalah islam, dan ketika kita mulai memahami segala hal maka kita juga memahami makna dari islam itu sendiri yakni dengan berucap kalimat syahadat yang menandakan bahwa kita beriman. 

Namun, apakah kita sudah bisa merasakan manisnya daripada iman itu sendiri.

Bagaimanakah agar kita bisa merasakan manisnya iman ? Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasalam bersabda 

ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار

“tiga perkara bila mana terdapat diri seseorang akan merasakan manisnya iman : yaitu bila Allah dan rasulnya lebih ia cinta daripada selain keduanya, dan hendaknya ia mencintai orang yang tidak cinta kepadanya kecuali karena Allah semata, dan ia enggan / benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila di masukkan ke neraka”
[hadits Muhammad bin mutsanna telah berkata ; telah bercerita kepada kita  abdul wahab as tsaqofi, telah bercerita kepada kita Ayyub dari abi qolabah dari annas radhiyallahu 'anhum]


Setiap orang yang menanam pohon pasti ingin merasakan buahnya, dan bila kita sudah menyatakan diri beriman maka sudah selayaknya kita juga bisa merasakan nikmat manis buahnya.  Demikianlah perumpamaan yang diberikan Allah di dalam firman-Nya, dan memanglah Allah senantiasa memberikan perumpamaan agar manusia mudah memahami setiap kandungan Al-quran dan Hadits.


وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖوَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS. al-’Ankabūt : 43)

Dan perumpamaan terhadap pohon adalah sejalan dengan firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 24 - 25

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗوَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.


Dimanakah hubungan antara pohon dan keimanan, ibaratkan pohon maka agar bisa tumbuh dengan bagus menjulang tinggi beranting banyak dan berbuah lebat maka diperlukan akar yang kuat, sebagaimana disebutkan dalam surat al-ankabut ayat 43 diatas dasar atau akarnya adalah ilmu.
Seperti itulah iman kita, sebagai akar atau daripada keimanan itu adalah ilmu dan keyakinan.  
Antara ilmu dan keyakinan keduanya saling berketerkaitan, karena adanya ilmu maka kita menjadi lebih yakin dan dengan adanya keyakinan maka kita mudah untuk menerima dan menyerap ilmu.
Maka yang pertama harus benar-benar kita perhatikan adalah akar dari keimanan yaitu ilmu dan keyakinan.


Apabila akar telah tumbuh bagus maka akan terciptalah batang pohon yang kuat, dan batang dari keimanan adalah ikhlas
Dengan adanya ilmu dan keyakinan yang mantab maka segala apa yang akan kita lakukan akan kita lakukan dengan ikhlas.

Dan karena batang kuat dan sehat maka akan memunculkan banyak cabang dan ranting, pada pohon keimanan cabang dan ranting tersebut adalah amal shaleh
Jadi dengan ilmu dan keyakinan yang mantab sebagai akar yang menembus bumi maka batang keikhlasan akan tumbuh kuat dan kokoh guna menopang segala amalus shalehah. 
Semakin kuat iman dan keyakinan maka akan semakin menjulang tinggi rasa ikhlas yang muncul dalam menumbuhkan amalan amalan shaleh.  
        

Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa pohon keimanan tumbuh dengan baik, sehingga akhirnya akan memunculkan buah daripada keimanan yaitu akhlaqul karimah, akhlaq yang baik.  
jadi dengan ilmu dan keyakinan yang mantab maka akan tumbuh rasa ikhlas yang kokoh guna menopang setiap amal shaleh sehingga akan memunculkan akhlaqul karimah.  Bila kita sudah mengaku beriman namun belum merasakan manisnya buah daripada keimanan itu sendiri, yakni dengan nampaknya akhlaq yang terpuji maka yang harus diperiksa adalah akar dari keimanan kita, apakah sudah mantab keyakinan kita apakah sudah cukup kita dalam menuntut ilmu.   

Mengenai keutamaan menuntut ilmu Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata

الناس محتاجون إلى العلم أكثر من حاجتهم إلى الطعام و الشراب لأن الطعام والشراب يحتاج إليه في اليوم مرة أو مرتين والعلم يحتاج إليه بعدد الأنفاس

“Manusia membutuhkan ilmu lebih banyak dari pada butuhnya pada makanan dan minuman, dikarenakan kebutuhan seseorang terhadap makanan dan minumam dalam sehari sekali atau dua kali. Dan kebutuhan manusia terhadap ilmu sebanyak tarikan nafas.”  

الناس إلى العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب في اليوم مرة أو مرتين وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه - See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/05/20/24688/mengapa-kebutuhan-ilmu-melebihi-butuhnya-makan-dan-minum/#sthash.L2XXgzT7.dpuf
الناس إلى العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب في اليوم مرة أو مرتين وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه - See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/05/20/24688/mengapa-kebutuhan-ilmu-melebihi-butuhnya-makan-dan-minum/#sthash.L2XXgzT7.dpuf
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
الناس إلى العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب في اليوم مرة أو مرتين وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه - See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/05/20/24688/mengapa-kebutuhan-ilmu-melebihi-butuhnya-makan-dan-minum/#sthash.L2XXgzT7.dpuf
Ketika kita menanam suatu pohon maka gulma atau tanaman pengganggu akan muncul disekitarnya, demikian pula dengan pohon keimanan.   Ketika kita hendak menumbuhkan pohon keimanan kita maka akan muncul tanaman pengganggu yaitu syahwat dan syubhat.  
Syahwat akan mengganggu dengan hantaman berupa nafsu akan keduniaan, sehingga setiap kali kita akan menuntut ilmu menghadiri taklim maka akan datang rasa khawatir tentang segala pemenuhan kebutuhan hidup.  Kita menjadi terlupakan bahwa Allah Subhanallahu Wata'ala adalah Yang Maha Pemberi rejeki, seolah kita meyakini bahwa dengan kerja keras kita lah maka segala kebutuhan hidup terpenuhi.  
Dikisahkan suatu hari sahabat Abu Bakar rhadiyallahu anhum mengatakan, "aku serahkan seluruh harta ku dijalan Allah dan untuk Rasulullah."  kemudian ada yang bertanya, "Akan kau tinggalkan apa terhadap anak-anakmu ?"  maka Abu Bakar pun menjawab, "Akan aku tinggalkan kepada mereka Allah dan Rasul-Nya."
Begitulah gambaran seorang yang sudah benar mantab ilmu dan keyakinannya, sehingga tiada sedikitpun keraguan dalam menegakkan keimanan dalam dirinya.


Sedangkan tanaman syubhat akan mengganggu keimanan kita dengan jalan menggerogoti keimanan kita, menumbuhkan keraguan pada diri memunculkan kerancuan kerancuan akan ilmu yang haq sehingga menguatkan keraguan dalam diri.
  

 Maka bila kita ingin pohon kita kokoh kuat dan bertumbuh dengan baik, maka rawatlah selalu akarnya.  Berikan nutrisi dengan cukup, perbanyak ilmu syar'i, datangilah selalu majlis ilmu, jangan biarkan sedikitpun waktu terluang tanpa ada ilmu yang kita dapatkan.




dicatat dari kajian Ust. Kholiful Hadi
oleh :Moh. Eko Subekti bin Sujitno bin Darmo Soemarto bin Khasan Mubari  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar