Rabu, 20 Agustus 2014

2 - Saudah binti Zam'ah ibn Qayyis ibn ʿAbdu Syams




Nama lengkap beliau adalah Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abud Al-Quraisyiyah Al-Amiriyyah.
Beliau lahir dari ibu bernama Asy-Syamus binti Qais bin Zaid bin Amru dari bani Najjar. Beliau juga seorang Sayyidah yang mulia dan terhormat, beliau pernah menikah dengan As-Sakar bin Amru saudara dari Suhair bin Amru Al-Amiri.

Suatu ketika beliau bersama delapan orang dari bani Amir hijrah meninggalkan kampung halaman dan hartanya, kemudian menyebrangi dasyatnya lautan karena ridha menghadapi maut dalam rangka memenangkan diennya. Namun dalam perjalanannya semakin hari semakin bertambah siksaan dan intimidasi yang mereka hadapi karena mereka menolak kesesatan dan kesyirikan. Hampir-hampir tiada hentinya ujian menimpa Saudah secara pribadi juga beserta kelompoknya, dan belumlah usai ujian tinggal dinegeri asing (Habsyah) beliaupun harus kehilangan suami beliau sang muhajirin. Maka akhirnya beliaupun menghadapi ujian menjadi seorang janda disamping juga ujian dinegeri asing.


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam menaruh perhatian yang istimewa terhadap wanita muhajirah yang beriman dan telah menjanda tersebut. Oleh karena itu melihat yang demikian tiada henti-hentinya Khaulah binti Hakim as-Salimah menawarkan Saudah untuk beliau Rasulullah, dan hingga pada akhirnya beliau mengulurkan tangannya yang penuh rahmat untuk Saudah dan beliau mendampinginya dan membantunya menghadapi kerasnya kehidupan.
Apalagi umurnya telah mendekati usia senja sehingga membutuhkan seseorang yang dapat menjaga dan mendampinginya.


Telah tercatat dalam sejarah tak seorangpun sahabat yang berani mengajukan masukan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tentang pernikahan beliau setelah wafatnya Ummul Mukminin ayh-Thahirah yang telah mengimani beliau disaat manusia mengkufurinya dan menyerahkan seluruh hartanya disaat orang lain menahan bantuan terhadapnya dan bersamanya pula Allah mengkaruniakan kepada Rasul putra-putri.

Akan tetapi hampir-hampir kesusahan menjadi berkepanjangan hingga Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rasulullah dengan cara yang lembut dan ramah:

Khaulah :Tidakkah anda ingin menikah ya Rasulullah?
Nabi      :(Beliau menjawab dengan suara yang menandakan kesedihan) dengan siapa saya akan menikah Setelah dengan Khadijah?

Khaulah :jika anda ingin bisa dengan seorang gadis dan bisa pula dengan seorang janda.
Nabi     : jika dengan seorang gadis,siapakah gadis tersebut?

Khaulah :Putri dari orang yang anda cintai yakni Aisyah binti Abu Bakar.
Nabi    :(Setelah beliau Shallallaahu 'alaihi wa sallam diam untuk beberapa saat kemudian bertanya)jika dengan seorang janda?

Khaulah :Dia adalah Saudah binti Zam'ah, seorang wanita yang telah beriman kepada anda dan mengikuti yang anda bawa .



Beliau menginginkan Aisyah akan tetapi terlebih dahulu beliau nikahi Saudah binti Zam'ah yang mana dia menjadi satu-satunya isteri beliau (setelah wafatnya Khadijah) yakni selama tiga tahun atau lebih, baru kemudian masuklah Aisyah dalam rumah tangga Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Orang-orang di Makkah merasa heran terhadap pernikahan Nabi dengan Saudah binti Zam'ah. Mereka bertanya-tanya seolah-olah tidak percaya dengan kejadian tersebut, seorang janda yang telah lanjut usia dan tidak begitu cantik menggantikan posisi Sayyidah wanita Quraisy dan hal itu menarik perhatian bagi para pembesar-pembesar diantara mereka.

Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa sesungguhnya Saudah atau yang lain tidak dapat menggantikan posisi Khadijah, akan tetapi adalah kasih sayang dan penghibur hati dari Saudah adalah menjadi rahmat bagi beliau Shallallaahu 'alaihi wa sallam yang penuh kasih.

Adapun Saudah radhiallaahu 'anha mampu untuk menunaikan kewajiban dalam rumah tangga Nubuwwah dan melayani putri-putri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam dan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan di hati Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan ringannya ruhnya dan sifat periangnya dan ketidaksukaannya terhadap beratnya badan.


Setelah tiga tahun rumah tangga tersebut berjalan maka masuklah Aisyah dalam rumah tangga Nubuwwah, disusul kemudian istri-istri yang lain seperti Hafsah, Zainab, Ummu Salamah dan lain-lain. Saudah radhiallaahu 'anha menyadari bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak mengawini dirinya melainkan karena kasihan melihat kondisinya setelah kepergian suaminya yang lama. Dan bagi beliau hal itu telah jelas dan nyata tatkala Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam ingin menceraikan beliau dengan cara yang baik untuk memberi kebebasan kepadanya, namun Nabi merasa bahwa hal itu akan menyakiti hatinya. Tatkala Nabi mengutarakan keinginannya untuk menceraikan beliau, maka beliau merasa seolah-olah itu adalah mimpi buruk yang menyesakkan dadanya, maka beliau merengek dengan merendahkan diri berkata: "pertahankanlah aku ya Rasulullah !demi Allah tiadalah keinginanku diperistri itu karena ketamakan saya akan tetapi hanya berharap agar Allah membangkitkan aku pada hari kiamat dalam keadaan menjadi Istrimu."

Begitulah Saudah radhiallaahu 'anha lebih mendahulukan keridhaan suaminya yang mulia, maka beliau berikan giliran beliau kepada Aisyah untuk menjaga hati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam dan beliau radhiallaahu 'anha sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.

Maka Rasulullah menerima usulan istrinya yang memiliki perasaan yang halus tersebut, maka turunlah ayat Allah:

"Maka tidak mengapa bagi keduannya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)."(An-Nisa':128).


Saudah radhiallaahu 'anha tinggal dirumah tangga nubuwwah dengan penuh keridhaan dan ketenangan dan bersyukur kepada Allah yang telah menempatkan posisinya disamping sabaik-baik makhluk di dunia dan dia bersyukur kepada Allah karena mendapat gelar ummul mukminin dan menjadi istri Rasul di jannah.


Saudah radhiallaahu 'anha meninggal dunia pada akhir pemerintahan Umar bin Khattab radhiallaahu 'anha.
Ummul mukminin Aisyah radhiallaahu 'anha senantiasa mengenang dan mengingat perilaku beliau dan terkesan akan keindahan kesetiaannya. Aisyah berkata:"Tiada seorang wanitapun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dia melebihi Saudah binti Zam'ah"   tatkala berusia senja yang mana dia berkata: "Ya Rasulullah aku hadiahkan kunjungan anda kepadaku untuk Aisyah"   hanya saja beliau memiliki watak keras".



demikianlah kisah tentang Saudah binti Zam'ah isteri kedua Rasulullah
Semoga bermanfaat tuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar